Pakar Unair Jelaskan Alasan Kenapa WNI Banyak Pindah ke Singapura

Pakar Unair Jelaskan Alasan Kenapa WNI Banyak Pindah ke Singapura

Dirjen Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM, Silmy Karim, mengatakan bahwa beberapa waktu ini banyak terjadi fenomena perpindahan Warga Negara Indonesia (WNI) ke Singapura. Silmy Karim menjelaskan bahwa setiap tahunnya terdapat 1.000 mahasiswa Indonesia dengan rentang usia 25-35 tahun yang berpindah ke Singapura.

“Saya lupa datanya, kalau nggak 100, seribu orang mahasiswa Indonesia di Singapura menjadi warga negara Singapura setiap tahunnya,” ujarnya.

Pakar Sosiologi Universitas Airlangga (Unair), Tuti Budirahayu, mengatakan bahwa hal tersebut adalah sebuah fenomena migrasi yang lumrah untuk terjadi.

Tuti Budirahayu menjelaskan bahwa fenomena pindah kewarganegaraan terjadi karena adanya faktor penarik dan pendorong. Kesempatan untuk bekerja, berkarier, serta menjalani kehidupan yang lebih baik menjadi faktor pendorong perpindahan WNI tersebut.

“Kalau faktor pendorongnya, saya pikir adanya kesempatan bekerja, berkarier, dan berkehidupan lebih baik dari pada di daerah asal itu sangat mendorong untuk berpindah, ya,” terang Tuti.

Sedangkan untuk faktor penarik tidak terlepas dari kondisi Singapura yang lebih maju dan tertata di berbagai sektor kehidupan, khususnya sektor ekonomi.

“Faktor penariknya kita bisa lihat, ya, bahwa Singapura adalah negara yang jauh lebih maju, tertata, terkenal memiliki disiplin yang tinggi, dan tentu saja penghasilan yang mereka dapatkan jauh lebih tinggi di sana,” lanjutnya.

Lantas sejauh mana dampak yang terjadi di Indonesia, menurut Tuti, hal ini bergantung pada kualitas diaspora yang melakukan perpindahan. Jika diaspora tersebut berada di negara yang lebih maju dan mampu berkontribusi, maka nama baik Indonesia di mata dunia dapat terdongkrak.

“Sebetulnya kalau orang Indonesia banyak bermigrasi ke negara lain yang lebih maju, secara tidak langsung bisa mengangkat nama baik Indonesia. Selain itu, para diaspora itu nanti dapat menerapkan pengetahuan atau keahliannya di Indonesia saat kembali,” jelasnya.

Meskipun demikian, Sosiolog Unair tersebut menjelaskan adanya potensi negatif yang dapat muncul.

“Sisi negatifnya, banyak orang yang bermigrasi tapi tidak memberikan dampak. Artinya mereka tidak membawa daerah asalnya itu lebih maju. Berbagai sektor akhirnya menjadi terabaikan karena kurangnya sumber daya manusia dan semacamnya,” lanjut Tuti.

Oleh karena itu, ini adalah momen bagi Indonesia untuk berbenah. Fenomena ini menunjukkan adanya indikasi permasalah struktural di Indonesia.

“Masalahnya kalau ini menjadi berbondong-bondong berarti ada sesuatu yang salah di Indonesia. Mungkin saja mereka bermigrasi karena nggak nyaman lagi tinggal di sini. Berarti pemerintah Indonesia tidak memberikan iklim yang baik untuk mereka. Inilah sebetulnya menjadi momentum bagi pemerintah untuk berbenah,” pungkasnya.(BGS)