Simak Kiat Jaga Kesehatan Mental di Tengah Cuaca Panas!

Sumber: kompas.id

HebatIndonesia – Masyarakat Pulau Jawa hingga kini masih didera cuaca panas selama berbulan-bulan. Sejak Agustus 2023, suhu udara di berbagai daerah menjadi sangat panas pada siang hari. Temperatur di sejumlah kota di Jawa bahkan pernah menyentuh angka 38 derajat celcius.

Meski kondisi ini terjadi di hampir semua daerah, tetapi wilayah yang paling banyak merasakan lonjakan suhu itu adalah pesisir utara Jawa. Tak hanya cuaca panas, meningkatnya polutan selama musim kemarau membuat udara bertambah pengap dan semakin tidak nyaman.

Kesehatan Mental dan Cuaca Panas

Tanpa disadari, cuaca panas dapat memengaruhi kondisi mental seseorang. Hal ini berdasarkan penelitian pada tahun 2021 yang dilansir dari laman Tempo, bahwa negara berpendapatan rendah mendapat paparan kesehatan mental serius akibat perubahan cuaca yang ekstrem.

Indonesia sebagai negara tropis tidak terhindarkan dari suhu panas yang hampir merata di berbagai daerah. Menghadapi deraan cuaca panas, masyarakat pun tak jarang mengekspresikan perubahan situasi itu dengan berbagai cara, mulai dari memberi respons keluhan hingga amarah.

Tidak sedikit pula dari mereka yang bahkan mengalami stres karena ketidakjelasan pemerintah dalam menangani polusi udara sehingga udara yang terasa panas menjadi tidak sehat. Tekanan kehidupan, ritme hidup yang cepat, dan persaingan di kota metropolitan membuat masyarakat semakin frustasi dengan situasi yang ada.

Menjaga Kesehatan Mental Selama Cuaca Panas

Selain menjaga kebugaran fisik, masyarakat juga perlu memperhatikan stabilitas mentalnya. Berikut ini beberapa kiat untuk menjaga kesehatan mental selama cuaca panas. Pertama, tetap lakukan aktivitas di dalam ruangan seperti meditasi dan relaksasi menggunakan musik. Hal ini dapat membantu meredam stres yang disebabkan cuaca panas.

Kedua, masyarakat dapat mencoba menggunakan layanan profesional untuk mendapatkan penanganan yang lebih efektif. Saat ini, pelayanan kesehatan mental telah terbuka di berbagai puskesmas atau unit layanan lainnya.

Ketiga, komunitas dapat saling memberikan dukungan dan pendampingan sesama anggota dalam merespons perubahan lingkungan ini. Komunitas yang mampu memberikan penguatan positif untuk mampu bertahan pada situasi sulit, seperti cuaca panas, dapat membantu meningkatkan kemampuan seseorang menyesuaikan diri. 

Terakhir, petugas kesehatan dan lembaga swadaya masyarakat yang bergerak pada bidang kesehatan mental bisa bersinergi dengan komunitas. Tujuannya adalah untuk dapat menyelenggarakan program penguatan kesehatan mental di tengah cuaca panas. Dengan demikian, masyarakat dapat lebih tangguh dan adaptif selama menghadapi fase cuaca panas yang panjang. (YLA)