Bicara Udara Gelar Forum Diskusi Ulas Polusi Udara dan Dampaknya di Indonesia

Forum Menuju Indonesia Emas 2045

HebatIndonesia – Komunitas di bawah naungan Yayasan Udara Anak Bangsa, Bicara Udara, yang aktif mengampanyekan, meneliti, serta mengadvokasi kebijakan tentang perbaikan kualitas udara Indonesia menggelar diskusi bertema ‘Forum Menuju Indonesia Emas 2045: Dampak Kualitas Udara terhadap Masalah Stunting Manusia Indonesia’. 

Hadir dalam forum tersebut, sejumlah narasumber yakni dr. Anas Ma’ruf MKM selaku Direktur Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, dokter anak sekaligus pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr. Frida Soesanti, Sp.A (K), serta Ketua Komite Penanggulangan Penyakit Respirasi dan Dampak Polusi Udara (KP2RDPU) Kemenkes RI dr. Agus Dwi Susanto. Dalam sesi panel diskusi ini, tidak lupa hadir Novita Natalia selaku Co-founder Bicara Udara sebagai penanggap. 

Diskusi yang berlangsung menyoroti bagaimana polusi udara berakibat negatif khususnya bagi tumbuh kembang janin kandungan. Hal ini akan berpotensi menyebabkan stunting. Untuk itu, diskusi ini salah satunya juga berfokus pada upaya menemukan kebijakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah ini.

“Hasil dari paparan tersebut kemudian ditanggapi oleh para pemangku kebijakan sehingga tercipta dialog yang sehat dalam forum antara peneliti dan pemangku kebijakan. Hal ini menjadi penting karena sinergitas antara kedua aktor tersebut merupakan kunci untuk membuat sebuah kebijakan penanganan polusi udara yang efektif,” ujar Novita.

Kemudian, dr Frida Soesanti dalam penelitiannya menemukan bahwa kondisi PM2.5 tahun 2023 melonjak naik sebanyak 12,5 kali dibandingkan beberapa tahun ke belakang sebanyak 8 kali. Oleh karena itu, ia menyebut bahwa masalah polusi udara harus segera mendapatkan penanganan.

“Paparan PM2.5 meningkatkan resiko peningkatan tekanan darah pada bayi. Semakin tinggi paparan polusi, semakin rendah berat badan lahir dan semakin pendek panjang badan lahir bayi, maka bayi berisiko untuk terkena stunting. Bukannya kita jadi generasi emas, malah generasi cemas, we have to do something,” ungkapnya.

Lebih lanjut, ibu hamil dan anak menjadi kelompok rentan terdampak polusi udara. Hal ini disampaikan langsung oleh Ketua KP2RDPU Agus Dwi Susanto. Ia mengungkap bahwa perubahan fisik ibu hamil akibat polusi udara dapat memperparah komplikasi kehamilan seperti preeklampsia dan inflamasi intrauterin.

“Sedangkan saluran pernapasan pada anak-anak lebih kecil dan masih berkembang. Frekuensi napas yang lebih cepat menghirup lebih banyak udara relatif terhadap tubuhnya dibanding dewasa. Sistem kekebalan tubuh masih belum matang lebih rentan terhadap infeksi saluran pernapasan,” imbuhnya.

Untuk diketahui, Bicara udara adalah organisasi yang berdiri sejak tahun 2020 yang memiliki tujuan membangun komunitas atau gerakan guna menyuarakan hak untuk memperoleh udara  bersih. Platform digital menjadi sarana Bicara Udara untuk menyuarakan isu-isu soal polusi udara tersebut. Komunitas ini didirikan oleh tiga perempuan dari latar belakang berbeda dengan tujuan membangun kesadaran publik untuk mengubah kebijakan dan penegakan udara bersih. Dalam perjalanannya, Bicara Udara telah berhasil menjangkau berbagai komunitas mulai dari akademisi, aktivis lingkungan, pebisnis, pekerja seni, hingga masyarakat umum. (YLA)