Pengamat: Jangan Ada Tendensi Politik pada Rencana Renovasi JIS

Mohamad Kusnaeni

HebatIndonesia – Pengamat sepakbola Indonesia, Mohamad Kusnaeni angkat bicara terkait polemik rencana renovasi Jakarta International Stadium. Kusnaeni menegaskan bahwa tak boleh ada tendensi politik pada rencana tersebut.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menyatakan bahwa Jakarta International Stadium (JIS) perlu direnovasi untuk persiapan Piala Dunia U-17 2023.

Rencana renovasi ini muncul karena Basuki menilai bahwa JIS masih belum memenuhi standar FIFA. Kesimpulan itu didapatkan Basuki setelah meninjau langsung Stadion JIS pada Selasa (4/7).

Basuki berkata bahwa berdasar evaluasi yang telah dilakukan, rumput di Stadion JIS harus diganti agar sesuai dengan standar FIFA.

Namun, rencana renovasi ini JIS mendapatkan banyak reaksi pro maupun kontra dari kalangan publik, sebab banyak yang tak memercayai bahwa JIS yang dibangun dengan anggaran triliunan rupiah masih belum berstandar FIFA.

Banyak pihak yang juga menilai bahwa pernyataan Basuki yang menyebut rumput JIS tidak sesuai standar FIFA memiliki tendensi politik, sebab dia bukanlah pakar rumput yang mempunyai otoritas untuk melakukan penilaian.

Mereka mencurigai bahwa renovasi JIS hanyalah akal-akalan untuk menjatuhkan nama Anies Baswedan, sebab Anies lah yang melanjutkan proyek JIS setelah lama mangkrak.

JIS sebenarnya sudah dicanangkan pembangunannya sejak zaman Gubernur Fauzi Bowo. Proyek kemudian maju mundur di era Gubernur Joko Widodo dan Gubernur Basuki T Purnama.

Setelah mangkrak lama, proyek itu kemudian dilanjutkan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan diresmikan pada Juli 2022.

Pengamat sepakbola Indonesia, Mohamad Kusnaeni berharap bahwa rencana renovasi JIS ini tak diwarnai dengan tendensi dan kepentingan politik dari pihak tertentu.

Pria yang akrab disapa Bung Kus itu juga menilai bahwa kekurangan yang dimiliki JIS relatif minor sehingga tak membutuhkan perbaikan yang begitu banyak. Secara fasilitas, imbuhnya, JIS sudah sangat layak untuk menggelar event-event sepakbola.

“Bicara JIS itu kita nggak boleh punya tendensi politik, itu catatan yang pertama. Yang kedua, kalau lihat JIS itu kita harus bicara tentang olahraga keseluruhan. JIS ini sudah dibangun dengan anggaran yang cukup besar, karena itu kita harus berpikir bagaimana memaksimalkan pemanfaatannya untuk kemajuan olahraga.” kata Kusnaeni, dikutip detikSport.

“Yang ketiga, saya sebetulnya pada dasarnya memahami bahwa PSSI dan pemerintah ini ingin memaksimalkan JIS itu karena kepentingannya itu. Sudah dibangun, jadi harus bisa dimanfaatkan secara maksimal.” tambahnya.

“Nah, cuma memang narasi-narasinya itu dalam beberapa hal itu selalu dikaitkan dengan soal tanda FIFA. Itu yang menurut saya kadang kadang keliru. Karena yang berhak bicara standar FIFA itu ya FIFA. Di luar FIFA nggak bisa mengatakan rumputnya tidak standar FIFA atau stadionnya tidak standar.” imbuh pria kelahiran 1967 itu.

“Kalau taman di depan rumah semakin tebal rumputnya semakin bagus. Tapi kalau stadion untuk pertandingan sepakbola kan lain. Ada standar tingginya, ada standar gelindingan bolanya, ada standar pantulannya.” tambah Bung Kus.

“Yang bisa memutuskan itu siapa? Ya itu orang FIFA, technical delegate-nya yang nanti datang memeriksa dan kemudian mengecek. Itu ada cara mengukurnya, bukan dengan sekedar lihat. ‘Oh ini rumputnya bagian ini kelihatan kuning nih, ini ada gulmanya, jadi nggak layak, nggak bisa begitu’.” tutupnya. (EDW)